Sebagai seorang
investor, Anda pastinya ingin membeli sebuah saham dengan fundamental bagus di
harga yang murah. Sama hal nya ketika Anda berbelanja, Anda pasti ingin barang
dengan kualitas bagus di harga yang murah. Namun, ada kalanya barang-barang
yang ingin kita beli harga nya “terlalu mahal”. Apakah kita akan tetap
membelinya?
Sebelum kita
lanjut lebih jauh, kita perlu refresh
terlebih dahulu mengenai kriteria saham yang layak dibeli menurut Value
Investing. Ada 2 kriteria penting, yaitu :
1. Apakah saham tersebut memiliki fundamental bagus?
(Net profit bertumbuh, DER (Debt to Equity Ratio) rendah, ROE (Return on
Equity) tinggi, Cash Flow positif)
2. Apakah saham tersebut berada pada harga yang undervalued
dibandingkan intrinsic value nya? (PER (Price to Equity Ratio) rendah, PBV
(Price to Book Value) rendah, MOS (Margin of Safety) tinggi)
Jika jawaban
untuk kedua nya adalah YA, maka barulah Anda boleh membeli saham tersebut.
Nah
permasalahannya, seringkali Anda sudah menemukan saham yang memiliki
fundamental bagus (kriteria nomor 1), dan Anda sudah memasukkan saham tersebut
ke dalam “watchlist” Anda, namun Anda belum mendapatkannya di harga yang tepat.
Katakanlah Anda bersiap untuk membeli saham A, saat ini harganya adalah di 300,
dan Anda siap untuk menampungnya di harga 290. Ternyata di hari tersebut, muncul
sentiment positif yang membuat saham tersebut tidak sampai di harga 290,
melainkan langsung naik 30% - 40% dalam beberapa hari perdagangan. Jika sudah
ketinggalan kereta seperti ini, bagaimana reaksi Anda?
Kebanyakan
investor akan berlomba-lomba untuk membeli saham tersebut, sehingga mendorong
harga saham tersebut ke harga yang irasional. Sebagai seorang Value Investor,
Anda perlu ingat prinsip Warren Buffett yang sangat terkenal “BE
FEARFUL when others are greedy and BE GREEDY only when others are fearful”,
atau jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia “TAKUTLAH ketika investor lain menunjukkan ketamakannya, dan TAMAKLAH
saat investor lain ketakutan”.
Dengan
menggunakan metode Value Investing, kita memang dapat menganalisa saham mana
yang memiliki fundamental bagus, dan berapa intrinsic
value saham tersebut. Namun, tak peduli sejago apapun Anda dalam
menganalisa, Anda tidak akan pernah bisa memprediksi secara persis naik
turunnya sebuah saham dalam jangka pendek, apalagi mengetahui titik terendah
dan tertinggi harga sebuah saham. Wah kalau begitu, Value Investing kurang tokcer dong? Well, di sinilah peran
mindset Anda sebagai seorang Value Investor diuji. Anda dapat membaca lagi
mengenai mindset seorang investor di sini.
Kembali kepada
studi kasus di atas, bagaimana kalau kita sudah ketinggalan kereta? Yaa artinya
memang peluang di saham yang kita incar tadi sudah tertutup. Namun gak usah panik.. Dengan
menggunakan metode Value Investing, kita dapat menemukan saham lain yang
peluangnya masih terbuka. Jadi, jangan berkecil hati jika kita ketinggalan
kereta di satu saham yang kita incar, peluang di saham lain masih tersedia
untuk Anda. Saya punya kabar baik untuk Anda. Apabila Anda dapat menyaring
mutiara terpendam di BEI, maka akan selalu ada peluang untuk memperoleh saham
dengan fundamental bagus di harga murah. Sekarang pertanyaannya, bagaimana jika
semua saham bagus sudah overvalued
apabila dibandingkan dengan intrinsic
value nya? Itu artinya IHSG secara keseluruhan sudah mengalami bubble, so di sini Anda perlu BERSABAR
dengan menunggu IHSG tersebut koreksi ke harga wajarnya, kemudian barulah kita
berburu saham bagus dengan harga murah.
BERSABAR memang perlu diakui satu hal yang paling sulit dilakukan oleh kebanyakan investor. Banyak dari investor yang tancap gas terus untuk membeli saham meskipun harga nya sudah overvalued. Ada kala nya kita harus memegang cash karena kita tahu, saham-saham tidak berada di harga wajarnya. Ketika Anda bersabar dan menunggu jadwal keberangkatan kereta berikutnya, dan bukannya ikut-ikutan mengejar kereta apalagi kereta nya sudah full speed, maka peluang akan selalu terbuka untuk Anda.
0 komentar:
Posting Komentar