Dalam
berinvestasi di saham, seorang investor harus memiliki mindset yang tepat. 80%
kesuksesan berinvestasi berasal dari mindset yang tepat. Mempelajari teknik
pemilihan saham berkontribusi 20%. So, sebelum Anda memiliki skill analisis
ataupun teknik pemilihan saham, pastikan terlebih dahulu Anda sudah memiliki
mindset yang tepat terhadap saham, atau kita sebut sebagai Investor Mindset.
So, apa saja sih
investor mindset itu?
1. Saham bukan cara cepat menjadi kaya
Ini
mindset nomor satu yang harus kita tanamkan di pikiran. Saham bukan cara cepat
menjadi kaya. Begitu Anda berpikir saham menjadi cara cepat menjadi kaya, Anda
justru akan cepat kehilangan uang Anda. Mengapa? Karena Anda akan menjadi teman
dekat Mr Greedy (keserakahan). Percayalah, ketika Anda sudah diselimuti oleh
keserakahan, maka Anda akan menjadi gelap mata, dan itu akan menuntun Anda pada
kejatuhan.
Lalu
bagaimana mindset yang benar? Kembali kita lihat Warren Buffett dengan total
kekayaan $ 60.8 miliar, atau Investor kawakan Indonesia, Lo Kheng Hong dengan
total kekayaan Rp 2.5 Triliun dari pasar saham, mereka adalah contoh nyata
bahwa berinvestasi di saham dapat membuat Anda KAYA, namun BUKAN CEPAT KAYA.
Namun, Warren Buffett dan Lo Kheng Hong tidak mencapai itu semua dalam waktu 1
malam, melainkan bertahun-tahun dan secara konsisten.
2. Kita bertanggung jawab terhadap investasi
kita sendiri
Kita
sebagai investor adalah tuan rumah terhadap uang yang kita miliki, oleh karena
itu sudah selayaknya kita juga bertanggung jawab terhadap investasi kita
sendiri. Jangan mempercayakan investasi Anda kepada siapapun selain Anda
sendiri. Meminta informasi, pendapat, atau pandangan boleh-boleh saja. Tapi
Anda lah yang mengambil keputusan.
Sekedar
Anda tahu, banyak Analis saham yang memiliki titel keuangan, namun tidak
benar-benar menginvestasikan uangnya. Pertanyaannya, jika memang mereka yakin
dengan analisanya tersebut bahwa saham A akan naik, mengapa ia tidak
menginvestasikan uangnya sendiri di perusahaan tersebut? Demikian pula dengan
pialang saham. Anda perlu memahami bahwa seorang pialang saham dibayar
berdasarkan transaction fee. Semakin sering anda bertransaksi, maka fee bagi
mereka akan semakin besar, terlepas dari transaksi Anda itu untung atau rugi.
So, sekarang Anda paham mengapa Anda harus bertanggung jawab terhadap investasi
Anda sendiri.
3. Takutlah ketika orang lain tamak, dan
tamaklah ketika orang lain takut
Ini
adalah prinsip investasi Warren Buffett yang paling ampuh, namun memang sulit
dilakukan. Pernahkah Anda melihat sebuah saham, yang meskipun fundamental nya
jelek, namun naik gila-gilaan? Banyak investor lain jadi mulai tamak dengan
menggelontorkan sejumlah uang, tanpa melihat terlebih dahulu fundamental
perusahaannya. “Yang penting lagi naik pasti cuan”, begitu kira-kira
pikirannya, dan dalam situasi ini, Anda mungkin jadi ikut tergoda. Sejurus
kemudian, saham tersebut tiba-tiba berbalik arah menjadi turun dan uang
investasi Anda pun jadi nyangkut.
Di
sisi lain, tahukah Anda mengapa ketika IHSG turun, turun nya bisa jauh lebih
cepat ketika IHSG merangkak naik? Hal ini biasa dikenal dengan panic selling. Di mana suasana pasar
yang tadinya optimis, berubah menjadi pesimis. Banyak investor yang mulai panik
dan menjual saham nya. Kepanikan tersebut menyebar dengan cepat, sehingga
investor lainnya pun ikut menjual sahamnya. “Jual di harga berapapun yang
penting laku”, begitu kira-kira gambarannya. Nah di sinilah mindset dan mental
seorang investor diuji. Apakah Anda akan ikut panic selling, atau justru memanfaatkan moment ini untuk menambah
posisi?
Investor
sukses seperti Warren Buffett dan Lo Kheng Hong tahu betul hal ini. Mereka bisa
sukses besar dan kaya raya karena berhasil melewati moment seperti ini. Warren
Buffett dan Lo Kheng Hong tau, di saat market
overheat dan kebanyakan investor
mulai tamak, mereka justru menjadi takut dan menyimpan uangnya. Sebaliknya,
saat market mengalami bearish (tren
menurun), dan kebanyakan investor melakukan panic
selling, mereka justru akan mulai “tamak” dan agresif dalam
menginvestasikan uangnya.
4. Penurunan harga saham (selama fundamental
nya bagus) adalah KESEMPATAN.
Apabila
kita tidak memiliki mindset yang tepat, kita akan melihat penurunan harga saham
adalah BENCANA, bahwa uang kita akan berkurang seiring penurunan saham
tersebut. Anda akan panik dan anda akan segera cut loss. Namun jika Anda sudah
yakin bahwa perusahaan yang Anda beli sahamnya tersebut masih memiliki
fundamental yang bagus, maka Anda harus nya tidak perlu khawatir. Justru Anda
melihat itu sebagai kesempatan untuk membeli lebih banyak, di harga diskon.
Ketika saham tersebut kembali naik, profit Anda akan semakin besar.
Namun,
jangan samakan apabila saham yang Anda beli memiliki fundamental yang buruk.
Bisa jadi saham tersebut awalnya naik hanya karena “digoreng” oleh bandar, dan
Anda tergoda untuk ikut di dalamnya. Jika memang saham sejenis ini yang turun,
maka Anda harus segera cut loss
sedini mungkin. Jadi Anda perlu lihat lagi apakah saham yang turun tadi
memiliki fundamental yang bagus atau tidak.
5. Diversifikasi tidak selalu berarti
memperkecil resiko
Banyak
pialang saham atau analis merekomendasikan diversifikasi untuk mengurangi
resiko. Well pernyataan ini tidak sepenuhnya salah, tapi juga tidak sepenuhnya
benar. Sekarang kita lihat dahulu pengertian diversifikasi. Analoginya seperti
ini. Katakan Anda punya 10 telor, jika anda menaruh telor anda di 1 keranjang
dan keranjang tersebut jatuh, maka anda akan kehilangan 10 telor anda. Namun,
jika anda menaruh 10 telor anda di 10 keranjang berbeda, dan 1 keranjang jatuh,
Anda masih memiliki 9 telor Anda. Namun jangan lupa, Anda jadi akan kehabisan
banyak waktu dan tenaga dengan menjaga terlalu banyak keranjang. Sehingga 1
keranjang mungkin dicuri oleh orang lain, 1 keranjang mungkin telurnya membusuk,
dll karena Anda menjaga terlalu banyak keranjang.
Lalu
bagaimana sebaiknya? Dalam hal berinvestasi saham, diversifikasi memang
diperlukan, tetapi tetap harus memperhatikan agar jangan sampai jumlah saham
yang Anda pegang terlalu banyak. Bayangkan Anda memiliki saham dari 20
perusahaan yang berbeda, anda harus mengamati perkembangan 20 saham tersebut.
Melelahkan bukan? Alangkah baiknya jika diversifikasi itu diukur sesuai
kemampuan kita. 5 – 8 saham berbeda Penulis kira range yang cukup optimal,
sehingga “keranjang” yang kita jaga juga optimal. Buffett sendiri sebenarnya
tidak terlalu menyukai diversifikasi. Menurut Ia, jika memang kita sudah yakin
dengan saham yang kita pilih, mengapa hanya menginvestasikan sedikit dari uang
yang kita punya? Ini semua kembali kepada tingkat profil resiko yang Anda
punya. Jika Anda Risk Taker sejati, mungkin Anda cukup percaya diri memegang 1
– 2 emiten saja. So kenali profil resiko anda.
6. Harga saham tidak akan naik setiap hari,
demikian pula tidak akan turun setiap hari
Tidak
ada seorang pun yang dapat menebak arah pergerakan saham dalam jangka pendek,
bahkan Analis saham yang memiliki titel panjang pun juga sering salah
memprediksi. Selain itu, seringkali Penulis mendengar banyak investor mengeluh
“Kenapa saham X 2 hari terakhir turun yah?”. Well ibarat nya mesin mobil, kalau
digas terus dengan kecepatan penuh, maka mesin mobil tersebut akan mengalami
namanya overheat. Demikian pula
dengan saham, tidak mungkin saham tersebut naik setiap hari, demikian pula
tidak mungkin saham tersebut akan turun setiap hari. Naik dan turun harga saham
dalam jangka pendek adalah sebuah hal yang biasa.
Sebagai
seorang investor, Anda sebaiknya menyikapi kenaikan dan penurunan dalam jangka
pendek ini dengan bijak. Ingatlah bahwa selama fundamental saham tersebut
bagus, percayalah bahwa dalam jangka panjang, saham tersebut akan selalu naik. Satu
hal yang menarik, jangan percaya rumor-rumor yang belum jelas kebenarannya.
Biasanya rumor-rumor tersebut akan menguap dengan sendiri nya ketika market
berbalik arah.
7. Belilah nilai perusahaan, bukan harga saham
nya.
Ingatlah
bahwa harga saham yang anda lihat di layar trading tidak berarti apa-apa. Number is just a number. Yang Anda perlu
ketahui adalah, berapa nilai perusahaan itu sekarang jika dibandingkan dengan
harga saham nya? Apakah undervalued, fair price, atau overvalued? Harga saham 200 BELUM TENTU LEBIH MURAH daripada harga
saham 10,000. Semua kembali kepada fundamental perusahaan masing-masing. Value
Investing mengajarkan kepada kita cara melihat nilai perusahaan / intrinsic
value dari sebuah perusahaan.
Terkait
dengan hal ini, jangan membeli kucing dalam karung. Artinya jangan membeli
saham sebelum anda melihat laporan keuangan dan melakukan Analisa fundamental
perusahaan tersebut. Belilah saham yang Anda pahami betul bisnisnya. Mungkin
preferensi saya dan Anda berbeda. Sepanjang fundamental perusahaan tersebut
bagus dan Anda memahami proses bisnisnya, maka jangan ragu untuk membelinya.
8. Let the Profit Run.
Nah
ini dia yang ditunggu-tunggu. Jika memang kita sudah memutuskan untuk membeli
saham dengan fundamental bagus di saat harga nya masih undervalued, mungkin pada awalnya saham tersebut tidak langsung
naik (karena tidak banyak investor yang memahami konsep value investing dan
analisa fundamental). Namun cepat atau lambat, market akan menyadari bahwa
saham tersebut “salah harga”. Di saat investor mulai melirik saham tersebut,
anda tinggal duduk manis dan biarkan harga saham naik dengan sendirinya. Jika
banyak pialang saham atau analis saham sering merekomendasikan untuk take
profit jika saham sudah naik 10% – 20%”, maka Value Investing tidak tertarik
hanya dengan profit 10% atau 20%. Selama fundamental perusahaan masih bagus dan
belum overvalued, maka saham tersebut
sebaiknya di hold terus.
Lalu
kapan jual nya? Bersabarlah.. Anda mungkin tidak bisa membayangkan berapa
profit yang akan Anda nikmati. Ingat bahwa Lo Kheng Hong pernah profit 12,500%
ketika dia membeli saham MBAI (PT Multibreeder Adirama Indonesia), yang
bergerak dalam bidang pembibitan ayam. Lo Kheng Hong membeli sewaktu MBAI masih
di harga 250 dan menyimpannya selama 6 tahun, dan baru dijual saat harganya
mencapai 31,500. Dengan kata lain, investasi Lo Kheng Hong di MBAI berkembang
sebanyak 125X lipat !!!
Sekarang Anda
sudah memahami mindset dan mental yang tepat untuk menjadi seorang investor.
Namun mengetahui dan memahami saja tidak cukup, perlu KONSISTENSI dalam
mempraktekannya. Bagaimana caranya? Yaa segera mulai investasi Anda sekarang
juga.. Yuk kita bersama-sama belajar untuk lebih konsisten mempraktekkan
mindset seorang investor ini dalam berinvestasi.