Dalam investasi
saham, baik itu untuk investasi ataupun trading, ada beberapa pantangan yang
sebaiknya Anda hindari. Sama seperti Anda membawa kendaraan, ada rambu lalu
lintas yang kalau dilanggar, bisa mengakibatkan hal yang kurang baik terhadap
Anda sendiri. Apa saja itu?
1. Jangan menggunakan fasilitas margin.
Apakah
Anda tahu bahwa sebenarnya Anda memiliki fasilitas margin dari sekuritas Anda?
Apa sih fasilitas margin itu? Misalkan Anda memiliki dana untuk bertransaksi Rp
100 juta, biasanya Anda memiliki “cadangan” untuk bertransaksi di luar Rp 100
juta tadi yang diberikan oleh sekuritas Anda. Jadi ibaratnya Anda bertransaksi,
tapi duitnya ditalangin dulu sama sekuritas. Besarnya pun bervariasi. Ada yang ½
X nya (Rp 50 juta) sampai 4X nya (Rp 400 juta). Seriously? Punya dana Rp 100 juta, tapi bisa transaksi Rp 400 juta
lagi pakai uangnya sekuritas? Enak banget donk… Eits nanti dulu… Pertama, perlu
Anda ketahui pinjaman dari sekuritas tersebut ada bunganya, sehingga Anda perlu
membayar bunganya. Kedua, kalau saham yang anda beli dengan menggunakan
fasilitas margin ini bukannya naik malah turun, kerugian yang Anda alami malah
lebih besar daripada yang seharusnya. Berikut ini saya sajikan ilustrasi yang
semoga membuat Anda memahami betapa bahayanya fasilitas margin.
Anda
beli saham A dengan menggunakan dana pribadi Anda sebesar Rp 100 juta, kemudian
Anda yakin betul bahwa saham A tadi akan naik 10%, sehingga Anda menggunakan
fasilitas margin Rp 400 juta tadi.
Ekspektasi :
Anda
berpikir, kalau pake dana sendiri Rp 100 juta, untung 10% dapat profitnya Rp 10
juta. Kalau pakai margin Rp 400 juta, maka bisa dapat tambahan profit Rp 40
juta. Wah total profit nya bisa Rp 50 juta.
Realita (yang sering kali terjadi) :
Saham
A tadi bukannya naik 10%, melainkan malah turun 10%. Sehingga seharusnya Anda “hanya”
rugi Rp 10 juta, malah makin bonyok karena ruginya bertambah Rp 40 juta menjadi
Rp 50 juta. Mengerikan, bukan?
Percayalah,
saya pernah di posisi itu dan rasanya super enggak enak. Fasilitas ini
sebenarnya adalah alat yang digunakan para sekuritas untuk mengeruk keuntungan
tambahan dari Anda, dengan memanfaatkan psikologis dasar seorang manusia, yaitu
sifat serakah.
2. Jangan menggunakan dana dari pinjaman atau hutang
Berbeda
dengan poin sebelumnya, jangan berhutang di sini maksudnya jangan berinvestasi
menggunakan hutang atau dana pinjaman pihak ketiga. Misalkan anda menggunakan
dana pinjaman dari bank; hutang ke teman, saudara, atau keluarga. Mengapa?
Alasannya sama seperti poin sebelumnya, jika market sedang bearish (turun) dan
saham anda ikutan turun, kerugian Anda akan lebih besar daripada yang
seharusnya PLUS hubungan Anda dengan teman, saudara, atau keluarga Anda menjadi
tidak enak.
Berinvestasi
dengan menggunakan hutang atau dana pinjaman juga akan membuat Anda tidak
nyaman, karena bagaimanapun itu bukan uang Anda sendiri. Secara psikologis,
karena beban Anda untuk mengembalikan uang tersebut, justru membuat Anda
biasanya melakukan keputusan-keputusan yang merugikan Anda sendiri.
Satu
hal lagi, jangan berinvestasi dengan menggunakan dana darurat Anda. Jangan
menyentuh dana darurat Anda. Karena kita tidak pernah tahu sewaktu-waktu kita
membutuhkan dana tersebut untuk keadaan darurat. So sebaiknya gunakan uang
dingin untuk berinvestasi (uang yang memang “menganggur” dan dapat diinvestasikan).
3. Jangan membeli saham berdasarkan valuasi
atas proyeksi kinerja di masa yang akan datang
Anda
pasti pernah membaca ulasan tentang prospek saham di surat kabar tertentu. Biasanya
di situ selain mencantumkan historical kinerja perusahaan, dicantumkan pula
proyeksi kinerja perusahaan yang akan datang. Di angka tahunnya biasa ada huruf
f (future), contoh : 2017F, 2018F, dst. Dan biasanya, PER dan PBV nya juga
dihitung berdasarkan kinerja yang akan datang. Ini tidak benar. Bagaimana
mungkin valuasi harga saham saat ini dihitung berdasarkan kinerja di masa yang
akan datang?
Yang namanya proyeksi sih memang sah-sah saja, artinya kita optimis bahwa perusahaan tersebut melalui tahun ini dengan baik, maka dipercaya tahun depan akan lebih baik. Namun, apapun bisa terjadi. Banyak faktor risiko yang biasanya lupa diperhitungkan ketika membuat proyeksi. Misal : faktor ekonomi, sosial dan politik, teknologi, kompetitor, sampai cuaca sangat mempengaruhi kinerja perusahaan. Penulis sendiri lebih suka menggunakan proyeksi sebagai bahan pertimbangan saja, bukan untuk melihat valuasi perusahaannya.
4. Jangan membeli saham yang masuk ke dalam
kategori saham gorengan
Apa
itu saham gorengan? Saham gorengan adalah saham yang dikuasai oleh bandar
tertentu yang pergerakannya liar dan sulit diprediksi. Saham sejenis ini kadang
bisa naik signifikan dalam sehari, tapi hari berikutnya tiba-tiba anjlok tanpa
alasan yang jelas. Pergerakan yang tidak wajar karena ada bandar di
belakangnya. Banyak trader atau investor yang masih tertarik dengan saham
sejenis ini, karena keuntungan besar yang bisa diperoleh. Namun di sisi lain,
resiko nya juga sangat besar. Memang menggiurkan ketika Anda bisa mendapatkan
profit puluhan sampai ratusan persen dalam beberapa minggu, namun sewaktu-waktu
harganya bisa anjlok kembali. Berikut ilustrasinya..
Anda
mendengar dari teman Anda Saham X naik 10% dari 60 ke 66 hari ini. Besoknya,
Anda beli saham X tadi di harga 66. Eh ternyata masih naik lagi jadi 72, Anda
beli lagi di 72. Besok nya masih naik juga ke 80, karena tadi sudah 2x beli dan
Anda selalu untung, maka biasanya Anda akan sangat percaya diri. Anda berpikir
bahwa kali ini dengan beli di 80, pasti besok akan naik lagi. Anda pun membeli
dengan segala kekuatan yang Anda punya di harga 80. Gk taunya sebelum tutup
perdagangan hari ini, harganya mulai turun ke 77. Anda mulai deg-degan. Tapi
Anda masih optimis, palingan turun sebentar, besok juga naik lagi. Ternyata
besok terjun bebas ke 66, balik ke posisi awal beli pertama, sehingga saham
anda sekarang berada di posisi nyangkut.
Apa
ciri-ciri saham gorengan? Biasanya pergerakan sahamnya liar (anda bisa lihat
historical transaction nya) tanpa ada pola yang jelas. Volume perdagangannya
juga tiba-tiba melesat di saat-saat tertentu (saat lagi “digoreng”), padahal
biasanya saham tersebut volume nya kecil. Selain itu, kenaikannya biasanya
tidak dibarengi dengan kenaikan fundamentalnya (laporan keuangannya masih
jelek).
“Tapi
kan kita bisa untung lebih cepat pak dari saham gorengan”. Oke Anda sekali dua
kali untung besar dari saham gorengan, kemudian Anda mulai kecanduan dan
percaya deh pasti Anda akan kepeleset suatu saat nanti. Lagian, kalo makan
gorengan terus gk baik buat kesehatan (okay, it’s a joke..).
5. Jangan membeli saham yang terlalu sering
direkomendasikan di media, atau dipenuhi oleh banyak rumor
Pantangan
ini sebenarnya berkaitan dengan pantangan membeli saham gorengan tadi. Saham-saham
gorengan tadi biasanya sering diberitakan ataupun direkomendasikan di media,
sehingga membuat investor makin “gatal” untuk membeli saham tersebut. Bisa jadi
itu adalah rumor atau berita pesanan. Tidak semua berita atau informasi yang
kita lihat di media itu benar adanya.
Jika
Anda membeli sebuah saham karena rumor, di sini Anda tidak sedang berinvestasi,
melainkan berspekulasi, apalagi jika Anda membeli tanpa mengecek fundamental
dari saham yang bersangkutan. Hindarilah tindakan-tindakan spekulasi yang
justru bisa membahayakan investasi Anda.
Lalu
bagaimana cara memverifikasi apakah sebuah berita itu benar atau tidak? Anda
bisa menghubungi corporate secretary
perusahaan yang bersangkutan, atau Anda bisa mengecek nya di website perusahaan
dan IDX secara langsung.
Mungkin Anda
bertanya, “Memangnya kalau kita tetap menjalankan kelima hal tadi apakah akan
langsung kejadian hal-hal jelek yang disebutkan di atas?” Well, enggak juga. Sekali
dua kali Anda mungkin belum mengalaminya, sehingga makin lama anda makin
berani, dan saat keserakahan mulai menguasai Anda, di sini lah Anda akan mulai
sulit untuk melepaskannya dan terjadilah hal-hal yang disebutkan di atas. Saya
pernah mengalami hal ini, dan saya tidak mau hal ini terjadi kepada Anda.
0 komentar:
Posting Komentar